JAKARTA, PPRNEWS – Motif di balik aksi peledakan di SMAN 72 Jakarta yang dilakukan oleh seorang Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) akhirnya terungkap. Berdasarkan penyelidikan gabungan Densus 88 Antiteror Polri dan Polda Metro Jaya, tindakan nekat tersebut didasari oleh dendam dan perasaan tertindas yang mendalam.
Pihak kepolisian menegaskan bahwa pelaku bertindak seorang diri atau lone wolf dan tidak terkait dengan jaringan terorisme mana pun.
Penyelidikan lebih lanjut menemukan sejumlah faktor yang berkontribusi pada radikalisasi mandiri pelaku:
Isolasi dan Masalah Psikologis
Pelaku diketahui merasa sangat kesepian dan tertindas. Ia merasa tidak memiliki tempat untuk menyampaikan keluh kesahnya, baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah. Perasaan terisolasi ini diduga mendorongnya mencari pelarian ke dunia maya.
Terinspirasi Konten Kekerasan
Faktor krusial lainnya adalah paparan konten kekerasan ekstrem. Pelaku memiliki ketertarikan mendalam pada video dan manifesto aksi-aksi kekerasan di luar negeri.
Jejak digital menunjukkan pelaku mulai aktif mencari konten terkait kekerasan sejak awal tahun 2025. Ia juga teridentifikasi bergabung dengan beberapa grup daring yang secara spesifik membahas aksi-aksi kekerasan.
Meskipun terinspirasi oleh aksi teror luar negeri dan tergabung dalam komunitas daring, pihak berwenang memastikan pelaku merencanakan dan mengeksekusi tindakannya secara mandiri tanpa afiliasi dengan kelompok teroris terorganisir.
TIM REDAKSI
