QATAR, PPRNEWS — Konflik antara Israel dan Hamas memasuki babak baru yang sangat tegang setelah Israel melancarkan serangan udara mematikan di Doha, Qatar, pada Selasa (9/9/2025). Serangan yang menargetkan gedung tempat para pemimpin politik Hamas berkumpul ini menewaskan enam orang, termasuk putra dari negosiator utama Hamas, Khalil al-Hayya.
Serangan ini menjadi sorotan internasional lantaran terjadi di wilayah kedaulatan Qatar, negara yang selama ini berperan penting sebagai mediator dalam perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar menyebut tindakan Israel sebagai "agresi terang-terangan yang melanggar hukum internasional."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara mengejutkan mengklaim bertanggung jawab penuh atas serangan tersebut, menyatakan bahwa itu adalah respons atas serangan yang dilakukan Hamas di Yerusalem. "Israel memprakarsainya, Israel melaksanakannya, dan Israel bertanggung jawab penuh," kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Meskipun para pemimpin utama Hamas dilaporkan selamat dari serangan, insiden ini dikhawatirkan akan merusak upaya diplomatik yang tengah dibangun untuk mengakhiri perang di Gaza. Pihak Hamas menuduh Israel sengaja ingin menggagalkan perundingan.
Merespons kejadian ini, sejumlah negara, termasuk Indonesia, menyampaikan kecaman keras. Kementerian Luar Negeri RI menyebut serangan itu sebagai "pelanggaran berat terhadap hukum internasional" dan mengancam stabilitas regional. Sementara itu, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan mengadakan sidang darurat untuk membahas eskalasi konflik yang mengejutkan ini.
Sementara perhatian dunia tertuju pada serangan di Qatar, bombardir Israel di Jalur Gaza masih terus berlangsung. Puluhan ribu warga Palestina telah mengungsi dari Kota Gaza setelah militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi, mengindikasikan serangan darat skala besar yang akan datang. Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk di tengah blokade dan serangan yang intens.
Penulis : Mas Taufiq Editor : Mas Ali

